Ada seorang remaja berusia sekitar 17 tahun, remaja itu
bernama Amir Dwi Kuncoro. Setiap harinya
Amir selalu menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, walaupun
Amir selalu mendapat ranking satu di sekolahnya tetapi dia tetap berusaha untuk
mempertahankan peringkatnya itu. Amir terlahir di keluarga yang kaya, tapi
walau dia anak orang kaya dia tidak pernah menunjukan kekayaannya kesiapapun. Amir merupakan pribadi yang tertutup, itu sebabnya dia tidak
memiliki temen dekat.
Suatu sore Amir pulang sekolah, ditengah perjalanan pulang
dia melihat seekor induk kucing sedang menyusui 3 ekor anak kucing, saat itu
Amir hanya bisa tersenyum melihat kucing-kucing lucu itu. setelah sampai di
rumah Amir langsung mengambil buku dan segera membacanya, hingga larut malam
Amir belajar.
Keesokan harinya saat Amir sedang menuju ke sekolah Amir
melihat 3 ekor anak kucing yang kemarin sedang berguling-guling di rumput, saat
itu yang dipikiran Amir mungkin induk kucing itu sedang mencari makan.
Ketika pulang sekolah Amir bertemu dengan seorang gadis
bawel bermulut dua, gadis itu bernama Sari Dwi Lestari, dia itu selalu mencari
perhatian Amir, tapi Amir tidak pernah tertarik sedikit pun dengan Sari, karena
yang dipikirkan Amir hanya belajar dan belajar, Amir tidak mau memikirkan hal
yang lain. Sore itu sepulang sekolah Sari yang kebetulan satu kelompok dengan
Amir pergi menuju ke toko buku, tetapi ditengah perjalanan menuju toko buku
Amir dan Sari melihat Anak Kucing yang tadi pagi tinggal tersisa 2 ekor,
awalnya Amir ingin menghampiri kucing itu, tetapi karena dia lebih mementingkan
tugas sekolah akhirnya dia lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya untuk
pergi ke toko buku bersama Sari.
Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok bersama Sari,
lalu Amir mengantar Sari pulang dan Amir pun segera
pulang menuju Rumah, tetapi lagi-lagi di tengah perjalanan Amir melihat kucing
yang tadi sore kini tinggal seekor, akhirnya Amir mengambil Kucing itu dan
segera membawanya ke rumah.
Amir merupakan anak yang kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, orang tuanya terlalu sibuk bekerja, hingga terkadang kedua orang tuanya jarang berada di rumah, Amir sering sendiri di rumah, dia adalah anak yang kesepian, tapi itu dulu sebelum Amir bertemu dengan kucing kecil lucu yang dia beri nama Empus Dwi Meong.
Ketika anak kucing itu datang dalam kehidupan Amir semuanya
jadi berubah, Amir merasa dia tidak kesepian lagi. Empus dan Amir selalu
menghabiskan waktu bersama, tapi suatu hari ketika ulangan Amir mendapat nilai
yang buruk, dan mulai saat itu Amir mulai jarang bermain dengan Anak kucing
itu, Amir berpendapat bahwa nilai buruknya muncul karena Empus, dan seiring berjalannya waktu Amir mulai kembali menjadi dirinya yang dulu,
dia kembali menjadi Amir yang lebih mementingkan pelajaran ketimbang hal-hal
lain di luar pelajaran.
Suatu malam, ketika selesai belajar Amir menghampiri Empus,
lalu dia berkata.
“Empus, maaf sepertinya kita tidak dapat bersama lagi” kata
Amir sambil mengelap air matanya.
Namun kucing kecil itu hanya berguling-guling di lantai.
Mungkin malam itu menjadi malam terakhir Amir dan Empus,
karena Amir berfikir untuk membuang Empus dijalanan tempat pertama mereka
bertemu.
Pagi datang, itu artinya perpisahan Amir dan Empus semakin
dekat. Amir datang menghampiri Empus, dia menggendongnya, sambil berkata,
“pus, maafkan saya sekali lagi, saya terpaksa melakukan ini”
kata Amir sambil memasang muka sedih.
Beberapa menit kemudian Amir membawa Empus ke tempat pertama
mereka bertemu, dengan berat hati Amir pun meletakan Empus di rumput pinggir
jalan, kemudian Amir pergi, tapi Empus mencoba mengejar Amir namun sayang, pada
akhirnya kucing kecil itu terlindas mobil. Amir hanya bisa terdiam melihat
kejadian itu, lalu dia menangis, dan ketika itu dia teringat oleh moment-moment
yang membahagiakan bersama Empus, semakin dalam Amir mengingat moment itu
semakin sakit yang dirasakan oleh Amir.
Excellent! :D
BalasHapusTulisannya sederhana, tapi menarik perhatian, membuatku penasaran ada apa dengan si kucing. Kamu memulainya dengan sangat baik. Sayang sekali penggarapan konfliknya kurang, seandainya bisa ditambahkan konflik yang lebih menantang, misalnya entah apakah kucingnya hilang, lalu tiba-tiba muncul lagi, lalu tiba-tiba hilang lagi, lalu tiba-tiba muncul jadi dua, lalu tiga, lalu muncul beserta induknya, pasti jadi lebih menarik, karena ada unsur misteri di baliknya. Atau bisa dari aspek lain, misalnya tiba-tiba pemiliknya datang mencari anak kucing tersebut.
Keep your good work, ya! :D
Tinggal perkaya saja imajinasimu dengan liar untuk menambahkan konflik di tulisanmu yang sudah bagus. :D
Oh iya, aku owner dari CariPenulis.com (@CariPenulis_Com on Twitter)
Semangat menulis! ;)